Friday, December 19, 2008

CINTA VS KECEMASAN


“Cinta membawaku dekat denganmu,

namun kecemasaan mencampakkan diriku jauh darimu”

Demikian hasil permenungan saya atas realitas kehidupan para kaum muda zaman sekarang. Kaum muda yang merupakan manusia juga. Manusia yang sedang mengalami suatu fase dalam perkembangan hidup, fase yang berada di antara fase kanak dan fase orang dewasa. Pada fase inilah, kaum muda mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara mental. Pada fase ini juga bahwa semua hal yang baru menjadi salah satu tujuan untuk dilakukan. Sulit untuk bisa melarang kehendak pribadi. Kestabilan tingkat emosional sedang dijajaki, artinya bahwa turun dan naiknya emosional akan selalu nampak pada fase ini. Kemarahan dilampiaskan kepada sapa saja yang mau menentang kemauannya. Dan satu hal yang nampak jelas adalah setiap kaum muda mau merasakan kesenangan. Inilah yang sekiranya menjadi sorotan utama bagi permasalahan kaum muda zaman sekarang.

Berbicara kesenangan tentu saja semua orang (termasuk kaum muda) menginginkan keadaan tersebut. Namun kesenangan macam apa, yang menjadi prioritas bagi kita masing-masing. Tentu saja kesenangan itu perlu dilihat apakah dapat mendatangkan keuntungan di kemudian hari, atau malah dapat menghancurkan kita di kemudian harinya. Pada situasi ini hendaknya sikap selektif menjadi pilihan utama untuk bisa memilih kesenangan-kesenangan. Sikap selektif inilah mengalami suatu degradasi atau penurunan. Kaum muda tidak lagi seleksi dalam memilih, semuanya menjadi tujuan untuk dicoba, tidak penting bahwa itu akan menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Pada umunya kesenangan ini menjadi tujuan. Baginya jika sesuatu mendatangkan kesenangan, maka akan dilakukan sebaliknya jika tidak maka tidak akan dilakukan. Inilah yang menjadi bomerang bagi diri sendiri, karean hal yang timbul adalah kecemasan. Kecemasan tentang apa yang akan diperoleh setelah melakukan sesuatu. Orang menjadi cemas jika tidak mendapatkan kesenangan itu. Orang menjadi cemsa jika itu tidak meguntungkan dirinya sendiri. Memang pada dasarnya konsep itu benar adanya, tapi dalam perkembangannya itu, konsep itu berkembang ke arah konsep yang berbauh negative. Artinya bahwa kesenangan itu hanya dilihat dari dirinya sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Hanya mua dirinya merasa sengan, tanpa peduli orang itu akan sengan atau tidak.

CINTA DAN KECEMASAN

Sampai pada pembicaraan cinta dan kecemasan ini, sering nampak bahwa cinta tidak lagi diberikan secara ikhlas diberikan antara satu individu dan individu yang lain. Cinta lebih diartikan saya memberikan dengan porsi segini, maka dia juga harus memberikan dengan porsi yang sama. Cinta tidak dipandang lagi sebagai sesuatu yang diberikan dengan ketulusan hati. Ternyata bahwa bukan lagi ketulusan hati, melainkan kecemasaan akan masa depan. Lebih disayangkan lagi bahwa kecemasan yang ditonjolkan adalah kecemasan tentang kesenangan itu.

Inilah yang menjadi problematika bahwa cinta didasarkan bahwa jika dijalani akan membawa kesengan atau tidak. Seorang cewek atau cowok mau berhubungan dengan cewek atau cowok yang lain, jika dia bisa memberikan yang diinginkan olehnya. Atau secara kasar lagi bahwa jika ia tajir, maka saya mau berhubungan dengan dia. Jika tidak tajir maka tidak mau berhubungan dengan mereka. Tentu saja kesengan yang diinginkan adalah kesenangan yang selau berhubungan dengan duniawi (uang). Uang menjadi menjadi kunci untuk mau berhubungan atau tidak.

Kecemasan akan akan kesenangan itu, yangmembuat seseorang bisa jau dari orang-orang yang mencintai kita. Lihat saja seorang anak kecil mau mencium tangan pamanya, jika diberikan uang terlebih dahulu. Ini gejolak masalah yang terus berkembang

Kenyataan ini juga semakin jelas nampak dalam kehidupan kaum muda. Demi kesenangan saja, kaum muda berani mengorbankan cinta sejati. Seorang cewek atau cowok akan memilih pasangannya tanpa didasaraka cinta lagi. Karena cemas akan tidak diperolehnya kesengan itu, mka ia menjauh dari seseorang yang sebenarnya dicintai

0 comments: