Sunday, November 30, 2008

KEPERLUAN BUKAN KERAKUSAN

Seorang Mahatma Gandhi pernah mengungkapkan hasil refleksinya tentang relitas kehidupan manusai di dunia ini. Hasil refleksinya adalah “…Dunia cukup unutk melayani keperluan manusia, tetapi tidak cukup untuk melayani kerakusan manusia…” Kiranya jelas bahwa refleksi itu sangatlah relevan dengan kehidupan real. Manusia yang sebagai aktor penting dalam pengolahan bumi, justru menyimpang dari apa yang ditugasi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Segala potensi yang ada dikerukan untuk kepentingan segelintir orang.

Sikap yang hanya mementingkan diri sendiri atau sekelompok inilah yang menjadi dasar dari timbulnya ketimpangan-ketimpangan yang terjadi pada saat ini. Sebagai contohpergeseran nilai sosialitas dengan altruistis menjadi egoistis, individualistis, primordialistis dan Epikurianistis (paham mencari kesenangan ala Epikurus). Segalanya hanya mau dilakukan jika menguntungkan diri sendiri. Jelas bahwa jika orang memandang itu benar, maka dia juga akan memandang hidup itu adalah petualangan bagi dirinya sendiri. Segalanya haruslah mendatangkan kenikmatan, kegembiraan, dan kebebasan bagi diri sendiri. Padahal jika ditinjau bahwa dalam kehidupan ini haruslah mencakup unsur sosial.

Realita dunia sekarang menunjukan bagaimana manusia tidak lagi mementingkan kepentingan bersama. Adanya ketidakmampuan dalam menyeimbangkan antara kepentingan bersama dan kepentingna pribadi. Bahkan dengan jelas kita dapat melihat bahwa demi kepentingan pribadi, manusia yang satu dapat memangsa manusia yang lain. Ironis memang tapi itu nyata terjadi.

Sebagai akibatnya adalah bahwa berbagai ketimpangan muncul. Dalam hal kemanusiaan, bahwa HAM masnusia tidak menjadi seuatu hal yang harus dihormati. Hak asas manusia mudah diinjak oleh manusia yang lain. Nyawa manusia tidaklah berharga jika dibandingkan dengan uang dan kehormatan. Berita pemerkosaan, praktik prostitusi, pengeboman, dan ancaman pengeboman menghiasi media massa setiap hari.

Selain itu ketimpangan yang tidak kala menarik dan tidak pernah berhenti adalah kasus korupsi. Sebagai contoh yang masih hangat adalah kasus BLI. Kasus-kasusu ini juag melibatkan kaum elit politk yang masih aktif. Disinilah muncul ketimpangan.

Esensi politik sebagai strategi unutk meyakinkan orang akan kebenaran dan keadilan telah salah diaplikasikan. Politik selalu dikaitkan dengan kekuasaaan dan uang. Penyakit ini merupakan penyakit turun-temurun, sejak bangsa ini merdeka sampai pada saat sekarang. Ketimpanagn itu terjadi pada saat orang-orang memperebutkan kekuasaan, dengan menghalalkan segala cara, sedangkan konsep kekuasaan itu tidak salah karena memang kekuasaan itu harus diperebutkan.

Kaum elite politik serasa menjadi kaum yang sudah melupakan daratan. Seakan mereka berlayar tanpa mementingkan masyarakat yang ada di daratan. Mereka lupa akan janji-janji yang dikumandangkan pada saat kampanye. Bahwa mereka adalah tumpuan dan harapan bagi masyarakat sudah dilupakan.

Baca Detik 29/11/2008

Wednesday, November 26, 2008

foto kebahagaiaan

ENRICHISSEZ – VOUS

(DEDY PEDOR)

Dua patah kata ini seperti berdengung lagi di seluruh dunia, Enrichissezvous! Dan orang pun berderap menjadi kaya- juga petani di Cina pada zaman Deng ataupun di Indonesia pada zaman –nya Soekarno.”Jadilah kaya!!” itulah anjuran Francois Guizot, cendikiawan dan ahli sejarah itu, ketika ia menjadi menteri utama Perancis menjelang pertengahan 1800-an. Suaranya benar-benar menyakinkan dan berhasil mempengaruhi sesamanya. Semua orang berlomba-lomba menjadi kaya dengan cara apapun. Setelah 17 Agustus 1945, zaman baru telah diharapkan, dengan Soekarno menjadi ‘biang’ demi Indonesia baru yang ‘aduhai’. Kini setelah 17 Agustus, puncak Indonesia yang telah di depan mata seolah-olah lepas dan akan musnah, lebih menjurus pada hilangnya ke-Indonesiaan itu dari Indonesia itu sendiri. Puncak yang dicari malah semakin menjauhi kita. Ironis memang, tapi realistis. Apakah kita akan tetap akan seperti begitu? Setelah 17 Agustus 1945, apa yang harus kita lakukan? Memasuki era baru, tidak semudah itu yang kita harapkan. Enrichissez-vouz menjadi semboyan dalam menjadikan kekayaan itu segalanya dalam meniti puncak segala-galanya bagi manusia zaman sekarang ini. Kita bisa menyadap Enrichissez-vouz nya Guizot dengan banyak nasihat ampuh. Selain “jadilah kaya” yang tenar dua abad silam. “Jadilah terang, jalan dan kehidupan” demi pucak yan terus menerus menghantui sukma. Atas dasar itu yang terpenting adalah raihlah puncak dengan menjadi terang bagi sesame, gunakan kekayaan itu sebagai bonum communae.

Friday, November 21, 2008

KEBAHAGIAAN

Dalam hidup sehari-hari, sering kali orang merasa sendirian. Misalnya sebagai anak kost sering merasa bahwa hari ini kok saya cuma berada di kost. Saya hanya ditemani dengan sebuah komputer. Tentu saja jika itu terjadi secara terus-menerus maka akan membahayakan diri orang itu (lose control). Kenyataan itu sering terjadi, kemudian dinyatakan bahwa hidup itu kosong. Pada kehidupan kosong, orang akan mempunyai perasaan aneh, pemikiran tidak rasional, dan kehilangan semangat. Saya secara pribadi juga sering merasa demikian. Pada situasi itu segalanya menjadi tak jelas, tidak ada lagi apa yang dikatakan sebagai motivasi hidup. Tujuan hidup menjadi hilang dikala kita terus merasa bahwa kita merasa bahwa hidup itu kosong. Perasaan yang muncul adalah rasa pasrah, karena kehilangan spirit, perasaaan dan pemikiran yang jernih. Pada saat inilah seseorang dikatakan kalah dalam berperang. Tidak ada lagi semangat untuk berperang, yang muncul adalah perasaan takut.

Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai pertanyaan tentang hidup. Mengapa saya hidup? Mengapa saya harus kost? Mengapa saya harus kuliah? Mengapa harsu hidup? Mengapa ada tujuan hidup? Apa tujuan hidup saya? Pertanyaan ini wajar dikaarenakan pada saat kehilangan sesuatau yang ada hanyalah pemikiran negative (negative thinking).

Berdasarkan kenyataan hidup ini, jawabannya adalah kebahagiaan. Kebahagian menjadi tujuan hidup setiap orang. Kebahagiaan diidentikkan dengan situasi dimana uang dan material yang sudah dapat diimiliki. Orang bahagia pada saat dia bisa mengumpulakn uang yang banyak. Pada saat orang lain tidak bisa dan dia bisa melakukan. Kebahagiaan yang mnenjurus pada keserakaan untuk tetap bertahan dalam kehidupan global ini.

Namun perlu dingat juga bahwa pada saat kita merasa hidup itu kosong, kita juaga merasa bahagia. Misalnya bahwa seorang anak kost merasa bahagia pada saat dia hanya berada di kost dari pagi sampe malam. Dia merasa bahagia karena tidak mengeluarkan uang secara berlebihan ataupun tidak menemukan teman-teman yang dapat merugikannya.

Namun di lain pihak juga kebahagiaan mutlak bukan merupakan tujuan hidup, karena waktu terus berputar dan kehidupan ini selalau dinamis. Hari ini kamu merasa bahagia, namun besok belum tentu kita dapat merasa yang sama. Secara gambalang seseorang juga belum bisa menjawab dengan pasti apa tujuan hidupnya. Seseorang akan semakin tahu tujuan hidupnya jika ia terus berusaha unutk melawan tantangan hidup, termasuk di dalamnya kehidupan kosong itu.

Orang mengeluh tentang kehidupan itu menjadi seuatu yang wajar, tapi jika orang lari dari tantangan kehidupannya itu menjadi sesuatu yang tidak wajar.

Monday, November 17, 2008

ABOUT ME


Orang bilang tak kenal maka tak sayang.Oleh karena itu mari bergabung pada blog saya agar supaya Anda sekalian dapat mengenal saya lebih dekat.

Saya dilahirkan di kota Kupang, atau yang lebih dikenal dengan kota Karang. Kedua orang tua saya memberi nama ALOYSIUS YOHAKIM FERNANDEZ. Tentu saja itu merupakan perpaduan nama baik bagi saya. Apalagi ditambah dengan nama marga yang lebih dikenal sebagai marga yang berasal dari luar Indonesia.hehehehe…..

Namun keluarga, teman-teman, dan sahabat-sahabat kerap kali menyapa LOUIS.

Perjalanan hidup saya memang menarik dan menyenangkan, semuanya itu tentu dimulai dari kota kelahiran. Suatu hal yang menarik bahwa selama saya selalu mengecam pendidikan di sekolah dan universitas swasta katolik Berawal dari TK Maria Gorethi-Kupang selama 2 tahun, kemudian berlanjut ke SDK Don Bosco 1-Kupang selama 6 tahun,setelah itu melanjutkan ke SLTP SPEQFRA-Kupang selam 3 tahun. Setelah lulus dari SPEQFRA, saya menyebrang ke pulau FLORES untuk mengecam pendidikan SLTA, tepatnya di kabupaten Ngada, desa Mataloko. Sekolah itu namanya Seminari St Yohanes Berkhmans. Teman-teman saya menamai sekolah itu dengan nama baru Penjara Suci. Setelah emapat tahu berada di sana, saya memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang universitas. Berbagai macam pilihan, namun satu yang memikat SANATA DHARMA UNIVERSITY- YOGYAKARTA, dengan semboyan AD MAIOREM DEI GLORIAM. Sekarang masih kuliah………..

Sebagai permulaan itu yang dapat saya sampaikan agar supaya Anda sekalian dapat mengenal pemilik blog ini.

Atas Perhatian saya sampaikan ucapan terima kasih….

Danke Schón………………..

Selamat Datang Teman-Teman

Hai!!!!


Kata orang semua itu indah pada waktunya.